Menyatakan Hukum Allah
Yesus adalah utusan Allah. Dialah Hamba Allah, pilihan Allah, yang juga dikasihi oleh Allah (Mat 12:18). Ia diutus untuk memaklumkan hukum Allah kepada bangsa-bangsa. Hukum-Nya itu tentu saja adalah hukum kasih, yang melampaui segala hukum yang ada di atas bumi ini. Kadang upaya pemakluman hukum itu mengundang reaksi dan protes dari kalangan-kalangan tertentu, khususnya orang-orang Farisi. Sebagai contoh, misalnya, orang Farisi protes ketika Yesus membela para murid-Nya memetik gandum pada hari Sabat (bdk. Mat 12:1-8). Contoh lain lagi adalah orang Farisi protes pada Yesus yang menyembuhkan orang pada hari Sabat (bdk. Mat 12:8-13). Kedua sikap protes orang-orang Farisi pada Yesus itu dipicu oleh sikap Yesus yang mereka anggap melanggar hukum Sabat. Menurut hukum Taurat, hari Sabat adalah hari Tuhan; dan oleh karena itu, orang tak boleh ngapa-ngapain kecuali merayakan hari Tuhan. Nah, perikop Injil hari ini berkisah mengenai protes dan kemarahan orang-orang Farisi terkait dengan hukum Sabat kepada Yesus. Orang-orang Farisi bersekongkol untuk membunuh Yesus (Mat 12:14).
Menyatakan hukum kasih dalam hidup harian kita tidak semudah mengucapkannya. Ketika seseorang mengatakan suatu ketetapan atau pernyataan tentang kasih, boleh jadi ada orang lain yang tidak suka. Mungkin orang itu akan dianggap lamis. Meski demikian, kita sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus harus tetap menyatakan hukum kasih. Kita tidak harus membuktikannya, melainkan Allah sendiri dalam perjlanan waktu akan menunjukkan kebenaran hukum kasih-Nya. Yesus sendiri telah memberikan teladan kepada kita agar tetap tegar dan tidak putus asa menyatakan hukum kasih-Nya. Dengan demikian semakin nyatalah hukum Allah di bumi ini. (Mat 12:20).
Lentera Batin
0 Komentar untuk "Renungan Hari Sabtu 18 Juli 2015"