Tidak cukup makan kenyang
Orang-orang yang berkekurangan akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk memuaskan "sang perut". Bukankah kita juga demikian, ingin memuaskan "sang perut" kita masing-nasing? Kita sepakat untuk itu. Dihadapkan dengan Injil hari ini, usaha untuk memuaskan "sang perut" digugat. Singkatnya, Injil mau mengatakan demikian, "Hidup itu tidak hanya soal memuasakan perut saja!"
Para pembaca yang terkasih, sama seperti kita, orang-orang di Gilgal (pada bacaan pertama) juga menginginkan kepuasan "sang perut". Mereka tidak tahan pada situasi lapar yang melanda negerinya. Allah mengadakan mukjizat penggandaan roti bagi seratus orang melalui abdi-Nya, Nabi Elia. Orang-orang di Gilgal kemudian bersukacita. Sama seperti kita juga, orang-orang banyak yang mengikuti Yesus ingin memuaskan "sang perut". Maka, ketika Yesus mengadakan mukjizat penggandaan roti bagi lima ribu orang, mereka bersukacita dan memuliakan Allah.
Kalau direnungkan sejenak, orang-orang Di GIlgal dan orang-orang yang mengikuti Yesus tidak salah. Toh, mereka hanya menuruti kebutuhan alami manusia untuk bertahan hidup. Tetapi, apa maksud Injil yang mengatakan, "Hidup itu tidak hanya soal memuaskan perut saja"? Dalam Yoh 6:15 orang-orang yang mengikuti Yesus hendak memaksa-Nya untuk menjadi raja bagi mereka agar mereka bisa senantiasa kenyang tanpa banyak usaha mencari makan. Ini yang diwanti-wanti oleh Injil, yaitu keegoisan diri. memang benar makan adalah kebutuhan dasar manusia untuk kelangsungan hidupnya. Tetapi, apakah karena "sang perut" kita rela mengorbankan sesama bahkan keluarga kita? Apakah karena "sang perut" kita boleh makan sepuas-puasnya tanpa memperdulikan orang-orang di sekitar kita yang lapar? Ingatlah bahwa karena Roh kita memperoleh kemudahan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dan karena Roh jugalah, kita dituntut untuk peduli serta mengasihi sesama yang berkekurangan.
Lentera Batin
0 Komentar untuk "Renungan Hari Minggu 26 Juli 2015"