Utusan
Tidak ada yang pantas untuk dibanggakan dalam setiap keberhasilan dari setiap karya kerasulan kita bila tanpa rahmat Allah. Rahmat Allah membawa kerendahan hati di hadapan Allah. Jika tanpa rahmat Allah, segala perbuatan menjadi sia-sia dan membawa kecongkakan duniawi. Injil hari ini berkata bahwa: "Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya".
Dua orang suster bertemu dan masing-masing mensharingkan pengalamannya ketika live-in. Seorang berkata, "Di tempatku live-in, aku dijuluki malaikat pencabut nyawa karena bila aku mendoakan orang sakit, tidak lama lagi orang tersebut langsung meninggal dunia". Dan seorang lagi berkata, "Kalau aku dikenal sebagai malaikat penolong, karena bila aku mendoakan seorang yang sedang sakit parah, tidak lama lagi orang sakit itu segera sembuh". Akhirnya mereka berdua saling beradu argumen satu sama lain. Yang satu menganggap diri sebagai murid Kristus sejati, sedangkan yang lain mengatakan karena hidup yang kurang sucilah yang telah menyebabkan doa tidak terkabul.
Ketika kedua suster tersebut masih beradu argumen, datanglah Propinsial yang kebetulan telah mendengar percakapan mereka. Lalu Propinsial berkata, "Kalian berdua mendebatkan sesuatu yang tak berguna, apakah kalian tidak tahu bahwa kalian adalah utusan Kristus yang diapnggil untuk melayani sesama yang menderita?"
Saudara-saudari, keteladanan seorang utusan pertama-tama bukan dilihat ketika mampu membuat karya-karya yang besar seperti membuat mukjizat, melainkan cara hidup yang baik dalam kehidupan sehari-hari di dunia nyatalah yang dapat menjadi teladan. Kisah suster tadi ingin mengajarkan kepada kita bahwa sebagai utusan kita tidak boleh membanggakan diri, sebab apa saja yang telah kita terima atau miliki merupakan rahmat dari Allah. Allahlah yang merajai diri kita dan yang telah mengutus kita dalam setiap tugas maupun dalam karya kita.
Lentera Batin
0 Komentar untuk "Renungan Hari Kamis 30 April 2015"