Renungan Hari Kamis 26 Maret 2015
Beriman: Logika Hati
"Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya"(Yoh 8:51). Artinya, orang tidak akan mati, melainkan hidup kekal.
Orang-orang Yahudi menentang kata-kata Yesus itu. Mereka tidak percaya terhadap Yesus. Alasan ketidakpercayaan mereka jelas. Inilah dasar penolakan mereka. Abraham adalah bapa bangsa-bangsa (Kej 17:4-5). Abraham dan para nabi orang-orang yang dipanggil dan dipilh Allah saja mengalami maut, mati. Bagaimana mungkin hal itu (hal tidak mengalami maut) bisa dialami oleh manusia? Tambah lagi orang-orang Yahudi merasa tersinggung karena Yesus menyatakan diri ada sebelum Abraham (Yoh 8:58), dan itu artinya Yesus menyamakan diri dengan Allah (Yesus menghujat Allah). Maka tidaklah mengherankan jika orang-orang Yahudi menuduh Yesus kerasukan setan (Yoh 8:52). Mereka tidak percaya Yesus, bahkan berusaha melempari Dia dengan batu (Yoh 8:59).
Dalam hidup sehari-hari, kadang kita jumpai atau malah kita mengalami sendiri: orang tidak percaya kepada suatu hal, diri sendiri, orang lain, ataupun Tuhan. Mungkin saja hal itu terjadi karena orang terlalu menonjolkan satu logika saja, manusiawi-duniawi. Sementara, percaya atau beriman itu terkait soal kualitas hati. Tentu saja saya tidak bermaksud untuk mengabaikan logika/pemahaman manusiawi-duniawi. Sebab, kita ingat bahwa fides quaerens intellectum (iman menuntut pemahaman). Oleh karena itu, mari kita teliti kualitas hati kita masing-masing, lebih-lebih saat kita menghadapi kenyataan hidup yang mengguncang dan membingungkan.
Lentera Batin
Next
« Prev Post
« Prev Post
Previous
Next Post »
Next Post »
0 Komentar untuk "Renungan Hari Kamis 26 Maret 2015"